Bupati Aceh Tamiang, Armia Fahmi, mengungkapkan bahwa dampak dari banjir bandang dan longsor yang melanda wilayahnya sangat parah. Lebih dari 8.000 hektare sawah terendam, menimbulkan ancaman besar bagi ketahanan pangan setempat.
Armia mendorong pemerintah untuk lebih fokus dalam membersihkan lumpur yang menyelimuti lahan pertanian tersebut. “Lumpur ini perlu segera ditangani agar petani dapat kembali mengolah tanah mereka,” ujarnya dalam rapat koordinasi dengan pihak terkait.
Di tengah kesulitan, ada petani yang nekat mencoba menanam padi di atas tanah yang terbenam lumpur. “Kita perlu melihat hasil dari usaha mereka,” tambahnya, mengakui pentingnya memahami kondisi lapangan untuk mengambil kebijakan yang tepat.
Masalah Serius yang Dihadapi Petani di Aceh Tamiang
Banjir yang melanda Aceh Tamiang tidak hanya merusak lahan pertanian, tetapi juga mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan. Armia menjelaskan bahwa seluruh 12 kecamatan di wilayah tersebut terdampak, dengan kerugian yang tersebar di 216 desa.
Efek dari bencana ini telah mengakibatkan lumpuhnya aktivitas pemerintahan dan ekonomi setempat. “Kami harus merespons situasi ini dengan cepat agar masyarakat tidak semakin terpuruk,” tegasnya.
Hingga sebulan setelah kejadian, proses pembersihan lumpur masih berlangsung. Armia mengharapkan bantuan alat berat dari pemerintah untuk mempercepat proses pengangkatan lumpur dari lahan sawah.
Perlunya Dukungan untuk Masyarakat Terdampak Banjir
Armia melanjutkan bahwa pembersihan lumpur adalah langkah awal untuk pemulihan, tetapi ada tantangan lain yang juga perlu diperhatikan. Pasokan logistik bagi masyarakat yang terpaksa kehilangan sumber mata pencaharian harus dipastikan.
Menurutnya, estimasi kebutuhan logistik untuk enam bulan ke depan sudah dihitung. “Kami memiliki sekitar 313.245 jiwa yang harus diperhatikan,” ujar Armia, merinci rencana distribusi sembako untuk mendukung masyarakat.
Logistik yang akan disalurkan terdiri dari bahan pangan esensial seperti beras, minyak goreng, dan telur. “Kami sedang berkoordinasi dengan Badan Pangan Nasional untuk memastikan distribusi ini tepat waktu,” ungkapnya.
Dampak Jangka Panjang dan Proyeksi Ke depan
Selain masalah pembersihan dan penyediaan logistik, Armia juga menyoroti dampak jangka panjang dari bencana ini. Kerusakan lahan pertanian yang signifikan dapat mempengaruhi hasil panen di masa mendatang.
“Kami perlu mengevaluasi kondisi tanah dan kualitas air setelah banjir untuk memastikan bahwa produk pertanian ke depannya tetap berkualitas,” tambahnya. Ini menjadi penting agar petani bisa kembali berproduksi dengan baik.
Dengan berbagai tantangan yang ada, pemulihan akan membutuhkan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak lainnya. “Dukungan semua pihak sangat diharapkan untuk mengembalikan kondisi Aceh Tamiang seperti semula,” tutup Armia.
