Gempa berkekuatan 6,5 magnitudo mengguncang daerah Sumenep, Jawa Timur, pada 30 September 2023. Peristiwa ini menyebabkan kerusakan signifikan, khususnya di Pondok Pesantren Al Khoziny yang mengalami keruntuhan bangunan.
Imbas dari gempa tersebut sangat terasa, terutama di lokasi yang saat itu dipenuhi santri. Banyak dari mereka terjebak di dalam bangunan yang roboh, menimbulkan kesedihan dan kecemasan di antara keluarga dan masyarakat.
Proses penyelamatan menjadi prioritas utama, di mana tim evakuasi bekerja keras untuk mengeluarkan korban dari reruntuhan. Namun, situasi yang kompleks membuat tugas ini menjadi semakin menantang.
Dampak Gempa: Keruntuhan yang Melukai Banyak Jiwa
Gempa yang mengguncang Sumenep terjadi pada malam hari, saat banyak santri sedang berada di dalam ruang aktivitas. Bangunan yang ambruk adalah gedung tiga lantai yang termasuk musala, di mana ratusan santri sedang melaksanakan salat berjemaah.
Kondisi gedung yang belum sepenuhnya selesai dibangun semakin memperburuk keadaan. Saat gempa terjadi, banyak santri yang terjebak di balik reruntuhan yang dipenuhi material berat.
Hingga saat ini, evakuasi dijadwalkan berlangsung sesuai prosedur yang sangat hati-hati. Tim pencarian dan penyelamatan harus memastikan keselamatan bukan hanya bagi santri, tetapi juga bagi petugas yang terlibat dalam proses evakuasi.
Proses Evakuasi: Antara Harapan dan Realita
Proses evakuasi yang dilakukan oleh tim SAR gabungan penuh dengan risiko. Menurut keterangan dari pihak penyelamat, semakin sempitnya ruang untuk korban membuat penyelamatan menjadi lebih rumit.
Dengan kondisi seperti ini, kecepatan dan ketepatan menjadi sangat penting. Para penyelamat harus memikirkan cara untuk mengeluarkan korban tanpa menambah risiko bagi nyawa mereka yang terperangkap.
Alat dan perlengkapan yang tersedia sudah disiagakan untuk membantu proses evakuasi. Namun, faktor keselamatan tetap menjadi prioritas di tengah kesibukan tim, sehingga tidak semua peralatan berat dapat digunakan segera.
Data Korban dan Statistik yang Menggugah Hati
Berdasarkan data yang diperoleh, ada 102 santri yang terjebak akibat insiden ini, dengan tiga di antaranya dilaporkan meninggal dunia. Angka tersebut menggambarkan betapa seriusnya dampak dari gempa.
Sementara itu, disampaikan bahwa sekitar 91 orang lainnya masih terjebak di bawah reruntuhan. Ini adalah situasi yang sangat mengkhawatirkan, baik bagi pihak keluarga korban maupun bagi tim penyelamat yang terus berupaya.
Dari informasi yang beredar, gempa tersebut terjadi pada kedalaman 11 kilometer di bawah permukaan laut, yang menunjukkan bahwa ini adalah gempa dengan intensitas yang cukup tinggi di permukaan.