Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, menilai bahwa kapasitas target produksi dua ribu porsi Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk setiap satu unit Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) sebaiknya diperhitungkan ulang. Ia menyatakan bahwa meski mendukung jika satu unit SPPG dapat memproduksi hingga tiga ribu porsi, proses tersebut perlu didistribusikan di beberapa sub dapur agar lebih efektif.
“Apakah tiga ribu atau dua ribu porsi, sebaiknya dibagi dalam beberapa sub bagian,” ungkap Sultan di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta. Hal tersebut dimaksudkan agar proses masak tidak membebani satu kelompok dapur yang dapat berisiko pada kualitas pangan.
Sultan juga menekankan bahwa jika dua ribu porsi dibagi ke dalam sepuluh unit, waktu pengolahan bisa lebih efisien. Ini penting untuk menghindari penurunan kualitas makanan, yang dapat terjadi jika bahan makanan tidak segar saat disajikan.
Pentingnya Pembagian Kapasitas pada Satuan Pelayanan
Ketika satu kelompok dapur ditugaskan untuk memasak dua ribu porsi sekaligus, ada potensi keracunan yang dapat terjadi. Sultan memperingatkan bahwa waktu memasak harus disesuaikan dengan waktu konsumsi agar kualitas makanan tetap terjaga.
Pesan ini sangat krusial karena petugas masak di dapur SPPG tidak selalu berlatar belakang pendidikan kuliner. Banyak dari mereka adalah tukang masak rumahan yang mungkin kurang berpengalaman dalam menangani banyak porsi secara bersamaan.
Sultan mengingatkan bahwa masalah keracunan makanan sering kali berkaitan dengan pola masak dan bukan hanya masalah teknis. Oleh karena itu, petugas dapur perlu lebih memahami tentang daya tahan bahan makanan agar lebih aman untuk dikonsumsi.
Langkah-langkah Penanganan Keracunan Makanan
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menjelaskan beberapa langkah evaluasi yang diambil untuk mengatasi masalah keracunan makanan yang sering terjadi selama program MBG berlangsung. Salah satu tindakan yang diambil adalah menurunkan kapasitas porsi produksi di setiap SPPG.
Menurut Dadan, instruksi telah dikeluarkan untuk mengurangi jumlah penerima manfaat di setiap dapur SPPG dari yang semula 3-4 ribu porsi menjadi 2-2,5 ribu porsi. Dengan demikian, makanannya bisa lebih terkelola dengan baik.
Langkah lain termasuk melakukan rapid test terhadap bahan makanan dan hasil akhirnya. Selain itu, pihaknya juga akan menyediakan alat sterilisasi agar makanan tetap higienis dan aman.
Pentingnya Memakai Air Berstandar untuk Memasak
Keberadaan SPPG yang memproduksi ribuan porsi setiap harinya menjadi sorotan, terutama di tengah meningkatnya kasus keracunan. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan dan pemantauan yang ketat sangat diperlukan dalam proses memasak untuk menjaga kualitas makanan.
Keterlibatan berbagai pihak juga krusial dalam memastikan keamanan pangan. Dadan menyatakan bahwa kerjasama dengan berbagai instansi diperlukan untuk menyempurnakan sistem pengawasan pangan di lapangan.
Pentingnya Edukasi Bagi Tenaga Penjamah Makanan
Pendidikan dan pembekalan bagi tenaga penjamah makanan sangat penting untuk mencegah keracunan. Tanpa pengetahuan yang memadai, risiko keracunan akan terus mengintai sehingga program MBG tidak mendapatkan kepercayaan penuh dari masyarakat.
Oleh karena itu, Sultan mengajak agar ada program pelatihan bagi semua tenaga masak di SPPG. Dengan pengetahuan yang baik, mereka akan lebih siap dalam mengolah makanan dalam jumlah besar tanpa khawatir akan risiko kesehatan.
Budaya sadar gizi dan pangan juga harus diperkuat di masyarakat agar mereka lebih paham mengenai pentingnya kualitas makanan yang mereka konsumsi setiap hari.